Screenshot 2024-07-17 at 11.05.11.png

Tiko Sukarso mengkhususkan diri dalam masakan Indonesia yang sehat, berbasis tanaman, dan bersumber lokal, pengembangan menu, serta keju vegan/berbasis tanaman. Dia juga merupakan co-founder Klub Masak Sirja.

Dia lahir di Jakarta dan meraih gelar sarjana Studi Prancis dari Universitas Indonesia (2009). Dia juga menyelesaikan program diploma Seni Kuliner (Cuisine) di At-Sunrise GlobalChef Academy. Tiko menjabat sebagai manajer F&B dan pelatihan di TWG Tea Company dari 2011-2016 di Singapura dan Jakarta. Pengalamannya membawanya mendirikan Kulatresna, sebuah eco-bungalow dan kebun yang bisa dimakan, di Bantul, Yogyakarta (Januari 2018-Desember 2021). Dia juga menjadi co-founder dan executive chef di Restaurant Sirja, yang berfokus pada masakan berbasis tanaman dan bersumber lokal, di Bantul, Yogyakarta (Juli 2020-Desember 2021). Setelah menutup bisnisnya karena pandemi, Tiko mendirikan Klub Masak Sirja (Januari 2022 - sekarang) bersama pasangannya, Tarlen Handayani, untuk menemukan kembali pengetahuan makanan berbasis sayuran lokal dan mengubah selera rasa dengan hidangan sayur yang mudah dan lezat. Dia memperluas keahliannya di bidang berbasis tanaman dan memutuskan untuk memproduksi keju vegan artisanal yang terbuat dari kacang mete dan kacang Kenari lokal, dengan merek 'Klub Keju Kacang' (Januari 2024 - sekarang). Dia juga menjadi co-founder startup bernama 'Eatfit', yang berfokus pada masakan jalanan Indonesia yang sehat dan bersumber lokal.

Instagram @tikosukarso

Tiko Sukarso specializes in healthy, plant-based, locally-sourced Indonesian cuisine, menu development, and vegan/plant-based cheese. He is also the co-founder of Klub Masak Sirja.

He was born in Jakarta and earned a bachelor's degree in French Studies from the University of Indonesia (2009). He also completed a Culinary Arts (Cuisine) diploma program at At-Sunrise GlobalChef Academy. Tiko served as the F&B and training manager at TWG Tea Company from 2011-2016 in Singapore and Jakarta. His experiences led him to found Kulatresna, a private eco-bungalow and edible garden, in Bantul, Yogyakarta (January 2018-December 2021). He also co-founded and served as executive chef at Restaurant Sirja, which focused on plant-based and locally-sourced cuisine, in Bantul, Yogyakarta (July 2020-December 2021). After closing his business due to the pandemic, Tiko founded Klub Masak Sirja (January 2022 - present) with his partner, Tarlen Handayani, to rediscover local vegetable-based food knowledge and transform taste palettes with easy and delicious vegetable dishes. He is expanding his expertise in the plant-based field and decided to produce artisanal vegan cheese made from local cashew and Kenari nuts, branded as ‘Klub Keju Kacang’ (January 2024 - present). He also co-founded a startup labeled ‘Eatfit’, which focuses on locally sourced healthy Indonesian street cuisine.

Instagram @tikosukarso

Screenshot 2024-07-17 at 11.06.48.png

Tarlen Handayani adalah penjilid buku, pengelola komunitas, pendiri Klub Masak Sirja dan Kolektif Belajar Konservasi.

Di kota kelahirannya, Bandung, Tarlen mendirikan dan mengelola komunitas literasi Tobucil & Klabs di Bandung, Indonesia, yang dikelolanya selama 20 tahun (2001-2021). Tarlen menerima beasiswa untuk program pertukaran budaya dari Asia Cultural Council di New York City, USA, pada tahun 2008. Dia mulai belajar menjilid buku di Etsy Lab, Brooklyn, USA (2008), dan mendalami keahliannya di The Canadian Bookbinders and Book Artists Guild. (CBBAG), Toronto, Kanada (2018-2019).

Berpindah ke Yogyakarta pada 2020 pada saat pandemi, Tarlen mendirikan Klub Masak Sirja bersama sahabatnya Tiko Sukarso yang mengkampanyekan makan sayur yang mudah dan enak. Di Yogyakarta, Tarlen memfokuskan keahliannya sebagai ‘bookbinder’ pada bidang konservasi buku dan arsip. Pada bulan November 2023, Ia menjadi salah satu presenter pada tahun kebudayaan Qatar dan Indonesia dengan tema: “ Culture Beyond Books: Traditional Bookbinding from Indonesia” dan berlanjut pada Februari 2024, Tarlen mendapatkan undangan untuk melakukan observasi dan lokakarya di Preservation and Conservation Distinctive Collection Qatar National Library dengan disponsori oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Republik Indonesia. Setelah kembali ke Indonesia pada bulan Maret 2024, Tarlen mendirikan Kolektif Belajar Konservasi (the Conservation Learning Collective) yang bertujuan mengumpulkan kembali pengetahuan tentang bahan, material, teknik, ketukangan serta perspektif konservasi yang dilakukan komunitas sebagai bagian dari kerja perawatan kebudayaan Indonesia.

Pada Agustus 2024, Tarlen ikut menginisiasi berdirinya Studio Sejauh yang merupakan bagian dari keluarga Sejauh Mata Memandang, sebagai ruang kolaborasi untuk membangun kesadaran produk sandang yang bertanggung jawab terhadap lingkungan atas kedaulatan sandang. Mulai Februari 2025 nanti, Tarlen akan melanjutkan studinya di program pascasarjana Antropologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tarlen Handayani is a bookbinder, community manager, founder of Klub Masak Sirja and the Conservation Learning Collective. In her hometown, Bandung, Tarlen established and managed the literacy community Tobucil & Klabs in Bandung, Indonesia, which she ran for 20 years (2001-2021). Tarlen received a scholarship for a cultural exchange program from the Asia Cultural Council in New York City, USA, in 2008. She began learning bookbinding at Etsy Lab, Brooklyn, USA (2008), and deepened her expertise at The Canadian Bookbinders and Book Artists Guild (CBBAG), Toronto, Canada (2018-2019).

Moving to Yogyakarta in 2020 during the pandemic, Tarlen founded Klub Masak Sirja with her friend Tiko Sukarso, promoting easy and delicious vegetable eating. In Yogyakarta, Tarlen focused her expertise as a bookbinder on book and archive conservation. In November 2023, she became one of the presenters at the Qatar and Indonesia cultural year with the theme: "Culture Beyond Books: Traditional Bookbinding from Indonesia" and continued in February 2024, Tarlen received an invitation to conduct observations and workshops at the Preservation and Conservation Distinctive Collection Qatar National Library, sponsored by the Director General of Culture, Ministry of Education, Culture, Research and Technology, Republic of Indonesia. After returning to Indonesia in March 2024, Tarlen established the Conservation Learning Collective (Kolektif Belajar Konservasi) which aims to recollect knowledge about materials, techniques, craftsmanship and conservation perspectives carried out by communities as part of Indonesian cultural care work.

In August 2024, Tarlen co-initiated the establishment of Studio Sejauh, which is part of the Sejauh Mata Memandang family, as a collaborative space to build awareness of clothing products that are environmentally responsible for clothing sovereignty. Starting February 2025, Tarlen will continue her studies in the Anthropology postgraduate program at Gadjah Mada University, Yogyakarta.